Senin, 28 Juni 2010

aku marah...maka maafkan aku...

one inspiring posting.. makes me realize : anger is human; but the way you deliver and the purpose of the anger show the real you.

Hanya seorang yang pemarah yang bisa betul-betul bersabar.

Seseorang yang tidak bisa merasa marah, tidak bisa disebut penyabar, karena dia hanya tidak bisa marah. (betul apa betul??) ^_^

Sedang seorang lagi yang sebetulnya merasa marah, tetapi mengelola kemarahannya untuk tetap berlaku baik dan adil adalah seorang yang berhasil menjadikan dirinya bersabar.

Dan bila kita mengatakan bahwa untuk bersabar itu”sulit”, itu sangat tepat; karena kesabaran kita diukur dari kekuatan kita untuk tetap mendahulukan yang benar dalam perasaan yang membuat kita seolah-olah berhak untuk berlaku melampaui batas. (emang udah ada alat ukur kemarahan ya?? Ayooo siapa yang tau “siapa penemu alat ukur kemarahan?”…) ^_^

Kesabaran bukanlah sebuah sifat, tetapi sebuah akibat.

Perhatikanlah bahwa kita lebih sering menderita karena kemarahan kita, daripada karena hal-hal yang membuat kita merasa marah. Perhatikanlah juga bahwa kemarahan kita sering melambung lebih tinggi daripada nilai dari sesuatu yang menyebabkan kemarahan kita itu, sehingga kita sering bereaksi berlebihan dalam kemarahan. (perhatikan diri sendiri ya…jgn merhatiin zizi…hehehe) ^_^

Hanya karena kita menyadari dengan baik -tentang kerugian yang bisa disebabkan oleh reaksi kita dalam kemarahan, kita bisa menjadi berhati-hati dalam bereaksi terhadap apa pun yang
membuat kita merasa marah.
Kehati-hatian dalam bereaksi terhadap yang membuat kita marah itu lah yang menjadikan kita tampil “sabar”.

Kemarahan adalah sebuah bentuk nafsu.

Nafsu adalah kekuatan yang tidak pernah netral, karena ia hanya mempunyai dua arah gerak; yaitu bila ia “tidak memuliakan”,pasti ia “menghinakan”. (pertanyaan buat yg punya nafsu, bener begitu apa ngak??) ^_^

Nafsu juga bersifat dinamis,(Dinamis lho..bukan romantis..) karena ia menolak untuk berlaku tenang bila kita merasa tenang. Ia akan selalu memperbaruhi kekuatannya untuk membuat kita memperbaruhi keadaan kita.

Maka perhatikanlah hasil penelitian zizi ini dengan cermat(jiiiaaa..gayanya dah kek ilmuan aja); "bila kita berpikir dengan jernih dalam memilih tindakan dan cara bertindak dalam kemarahan, nafsu itu akan menjadi kekuatan kita untuk meninggalkan keadaan kita yang sekarang -untuk menuju
sebuah keadaan baru yang lebih tinggi”.

TAPI, bila kita berlaku sebaliknya, maka ke bawahlah arah pembaruan dari keadaan kita.

Itu sebabnya, kita sering menyaksikan seorang berkedudukan tinggi yang terlontarkan dari tingkat keadaannya,
dan kemudian direndahkan karena dia tidak berpikir jernih dalam kemarahan. (pikir aja sendiri ya contohnya…klo kasus ini zizi ngak mau jadi modelnya) ^_^

Dan bila nafsunya telah menjadikannya seorang yang tidak bisa direndahkan lagi, dia disebut sebagai budak nafsu.(amit-amit dech jgn sampai seperti itu)

Kualitas reaksi kita terhadap yang membuat kita marah, adalah penentu kelas kita. (bukan kelas belajar bahasa lho yaaa…)

Kebijakan para pendahulu kita telah menggariskan bahwa untuk menjadi marah itu mudah, dan patut bagi semua orang. TAPI, untuk bisa marah kepada orang yang tepat, karena sebab yang tepat, untuk tujuan yang tepat, pada tingkat kemarahan yang tepat, dan dengan cara yang tepat -itu tidak untuk orang-orang
kecil.(liliput kali yaaa…hehehe, makanya klo ngak mau dibilang liliput, marahnya ditingkat yg tepat yaa…)

Memang pernah ada orang yang mengatakan bahwa siapa pun yang membuat kita marah-telah mengalahkan kita.(perang kaleee…) Pengamatan itu tepat, hanya bila kita mengijinkan diri kita berlaku dengan cara-cara yang merendahkan diri kita sendiri karena kemarahan yang disebabkan oleh orang itu.(hmmm…mudeng ngak yang baca??) ^_^

Itu sebabnya, salah satu cara untuk membesarkan diri adalah menghindari sikap dan perilaku yang mengecilkan diri. (bukan membesarkan kepala dan mengecilkan harga diri lho ya…jangan ampe salah makna..hehehe)

Kita sering merasa marah karena orang lain berlaku persis seperti kita.

Perhatikanlah, bahwa orang tua yang sering marah kepada anak-anaknya yang bertengkar -adalah orang tua yang juga sering bertengkar dengan pasangannya. (klo ngak percaya, tanyain sendiri sama mak dan abah dirumah…klo mereka jawab itu salah, berarti meraka punya rasa malu buat jujur) v(^_^)v

Bila kita cukup adil kepada diri kita sendiri, dan mampu untuk sekejap menikmati kedamaian kita akan melihat dengan jelas bahwa kita sering menuntut orang lain untuk berlaku seperti yang tidak kita lakukan. (ayooo…jawab yang jujur lho?? Bener begitu kan kita selama ini??)

Dan dengan begitu, bukankah kemarahan kita juga penunjuk jalan bagi kita untuk menemukan perilaku-perilaku baik yang sudah kita tuntut dari orang lain,tetapi yang masih belum kita lakukan? (hmmm…mo ngucapin makasih buat seseorang, yg semalam udah mengajarkan zizi tentang ini…walau zizi menulis ini dg bahasa zizi sendiri, tp ini terinspirasi dari kata2 dia kok..) ^_^

Lalu, mengapakah kita berlama-lama dalam kemarahan yang sebetulnya adalah tanda yang nyata bahwa kita belum memperbaiki diri? (jadi malu ni ma diri sendiri yg masih suka ngambek klo lg marah…hehehe)

Katakanlah, tidak ada orang yang cukup penting yang bisa membuat saya marah dan berlaku rendah. (sekalian dg gaya sombong dech ngucapinnya, biar lebih meyakinkan) ^_^

Bila kita seorang pemimpin, dan kita telah menerima tugas untuk meninggikan orang lain; maka tidak ada badai, gempa, atau air bah yang bisa membuat kita mengurangi nilai kita bagi kepantasan untuk mengemban tugas itu.

Ingatlah, bahwa orang-orang yang berupaya mengecilkan kita itu-adalah sebetulnya orang-orang kecil. (hehehe..maaf ya buat para liliput)

Karena, orang-orang besar akan sangat berhati-hati dengan perasaan hormat kita kepada diri kita sendiri. (orang2 besar maksudnya bukan raksasa lho ya…) ^_^
Bila mereka marah pun kepada kita, mereka akan berlaku dengan cara-cara yang mengundang kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

Sedangkan orang kecil? Orang-orang kecil membuat orang lain merasa kecil agar mereka bisa merasa besar.

kita mengetahui kebesaran yang dijanjikan untuk kita. Maka besarkan-lah orang lain…okey friends…..
jadi mottonya seperti ini kali ya…

*seharusnya aku bisa berpikir lebih jernih dan melihat dari sisi dirimu,,*