Jumat, 04 Juni 2010

MengIKUTi dan MeNaaTi, BUKTI daRi menCintai

Pada dasarnya semua perbuatan dan ucapan Nabi shalallah alaihi wasalam harus diikuti dan diteladani serta ditaati oleh Umatnya. Hal tersebut merupakan sebagai konsekuensi daripada syahadat yang mereka ucapkan.

Allah Azza Wa Jalla berfirman, artinya, ”Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) Hari Kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Al-Ahzab: 21)

Ibnu katsir berkata, ”Ayat ini adalah dasar utama untuk meneladani Rasulullah shalallah alaihi wasallam, baik dalam ucapan, perbuatan maupun hal ihwal beliau. Karena itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan manusia supaya meneladani Nabi shalallah alaihi wasallam pada saat peristiwa Ahzab dalam hal kesabaran, ketabahan, persiapan perang dan jihadnya, serta menunggu kelapangan dari Rabbnya.” (Tafsir al-Qur’an al-Azhim, 3/475)

Terdapat perintah Allah Azza Wa Jalla mengenai wajibnya menaati Rasul shalallah alaihi wasallam dalam banyak ayat, antaralain, firmanNya, artinya, ”Barangsiapa menaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah menaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka.” (An-Nisa’: 80)

Allah Rabbul Izzati memerintahkan untuk mengembalikan kepada Allah dan RasulNya ketika terjadi perselisihan. Dia berfirman, artinya, ”Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul(Nya), dan ulil amri diantara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (An-Nisa’: 59)

Nash-nash hadits telah mutawatir tentang perintah supaya mengikuti dan menaatinya, berpetunjuk dengan petunjuknya, mengikuti sunnahnya, dan mengagungkan perintah dan larangannya. Diantaranya sabda beliau shalallah alaihi wasalam, ”Shalatlah sebagaimana kalian melihatku sedang shalat.” (HR. al-Bukhari).

Juga sabda beliau shalallah alaihi wasalam, ”Suruhlah anak-anak kalian shalat saat mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka karena (meninggalkan)nya pada saat mereka telah berusia sepuluh tahun, dan pisahkanlah tempat tidur mereka.” (HR. Abu Daud dan at-Tirmidzi)

Juga sabda beliau shalallah alaihi wasalam, ”Hendaklah kalian mengambil dariku tentang manasik (haji) kalian.” (HR. Muslim)

Juga sabda beliau shalallah alaihi wasalam, ”Selisihilah orang-orang musyrik, tipiskanlah kumis kalian dan biarlah janggut kalian memanjang.” (HR. Muslim)

Juga sabda beliau shalallah alaihi wasallam, ”Janganlah kalian memakai kain sutra, karena siapa saja yang memakainya di dunia ini, niscaya tidak akan memakainya di akhirat.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Juga sabda beliau shalallah alaihi wasallam, ”Hai para pemuda, barangsiapa di antara kamu mampu menikah, maka menikahlah, karena nikah itu dapat menahan pandangan serta memelihara kemaluan.” (Muttafaq’alaih)

Juga sabda beliau shalallah alaihi wasalam, ”Jika telah datang kepadamu seseorang (laki-laki) yang kamu senangi akhlaknya dan agamanya, maka nikahkanlah dia. Jika tidak, niscaya akan terjadi fitnah dan kerusakan yang besar di bumi.” (HR. at-Tirmidzi)

Juga sabda beliau shalallah alaihi wasalam, ”Walimahlah meskipun hanya dengan seekor kambing.” (Muttafaq alaih)

Juga sabda beliau shalallah alaihi wasalam, ”Jauhilah oleh kamu tujuh perkara yang membinasakan.” ditanyakan, ”Ya Rasulullah, apakah itu?”. Beliau menjawab, ”Menyekutukan Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan kecuali dengan alasan yang dibenarkan, memakan riba, memakan harta anak yatim, melarikan diri ketika perang dan menuduh berzina kepada para wanita suci, beriman serta lengah.” (Muttafaq’alaih)

Rasulullah shalallah alaihi wasalam bersabda, ”Berpegang teguhlah dengan sunnahku dan sunnah Khulafa ar-Rasyidin yang mendapatkan petunjuk; peganglah erat-erat dan gigitlah dengan gigi-gigi geraham. Serta berhati-hatilah kalian dengan perkara-perkara yang diada-adakan, sebab setiap perkara yang diada-adakan adalah bid’ah dan setiap bid’ah itu sesat.” (HR. Ahmad, Abu Daud, at-Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Imam al-Khatabi berkata, ”Yang dimaksudkan dengan semua itu ialah kesungguhan untuk mengikuti sunnah, seperti orang yang menahan sesuatu di antara gigi gerahamnya dan menggigitnya agar tidak terlepas. Menggigit dengan cara demikian lebih dapat menahan sesuatu. Sebab sesuatu yang ditahan pada bagian depan mulutnya lebih mudah diambil dan lebih mudah lepas.” (Ma’lim as-Sunan, pada Hasyiyah Sunan Abi Dawud, 7/12)

Menaati Rasulullah shalallah alaihi wasalam adalah contoh yang hidup lagi jujur tentang kecintaan kepada beliau. Setiap kali cinta itu bertambah, maka bertambah pula ketaatan. Karena itu Allah Rabbul Izzati berfirman, artinya, ”Katakanlah, ’Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.’ Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Ali-Imran: 31)

Ketaatan adalah buah dari cinta. Sekiranya cintamu benar, niscaya kau menaatiNya. Seorang peCINTA itu mematuhi siapa yang dicintanya ...

seMoga manFaat ...

Tidak ada komentar: